QPE

QPE

Rabu, 17 September 2014

Menghadapi Manusia

Alhamdulillah...
Kemarin berhasil melewati 'datang bulan' hari pertama PLUS luka melepuh yang perihnya minta ampun (harus sedia bioplacenton nih di rumah). Kemarin pun bersenang-senang dengan imam hidupku. Yeaaay! Tidur-tiduran sambil denger lagu, ngobrol, becanda-becanda, dipijetin, akhirnya kami menyatakan bahwa Jessie J itu punya pita suara yang lentur banget, mau nonton lah kalo ada sesi akustiknya di kafe sini :D Terus dengerin lagu-lagu Emmily Kinney yang berisikan lagu tentang kedewasaan tapi dengan lirik yang 'lucu'. Lalu komentarin akustiknya 'Red' oleh Taylor Swift dan belajar nge-rap ala 'Lil Mama di lagu Girlfriend milik Avril Lavigne, dan sebagainya. Menyenangkan.

Dan dia berhasil menghadapi manusia.
Manusia yang ditakdirkan untuk mengalami proses menstruasi selama aktif masa reproduksi di tiap bulannya.


Kalau saya,
duh belum tentu bisa menghadapi manusia yang ditakdirkan begitu.
Malah kalau ada manusia yang sedang bete, saya bingung harus gimana.
Egoisnya, saya lebih bisa menghadapi manusia yang sedang bahagia.
Mau dia terkesan terlalu menyombongkan atau pamer atau apapun, selagi nyampe ke sayanya dia tuh lagi bahagia, ya saya anteng-anteng aja.
Manusia memang macem-macem cara berkomunikasi dan tingkah lakunya.
Tinggal dihadapi dengan kebijakan kita yang berlaku, eh, maksudnya dengan kadar bijak yang kita punya.

Dulu saya paling males menghadapi manusia yang kerjaannya menjelekkan manusia lain terus.
Emang saya aja yang males menghadapi kenyataan bahwa peristiwa itu pun ada benarnya.
Kayak gini misalnya,

"Tau ga, si 'Fulan' itu MBA, lho?"
"Oh, dapet gelar master ya?"
"Bukan. Astaga. Hamil di luar nikah.."
"Waduh.."

Nah, sampai situ aja sih sebenarnya percakapan yang saya harapkan. Tapi jika harus ada tambahan dan mulai mengomentari dengan penghakiman yang seenaknya, ya males lah saya dengernya. Orang sering bilang saya tuh lempeng-lempeng aja, datar, badan sama muka rata *sounds creepy*. Andai mereka tau, dalam hati tuh saya sedang memaksimalkan 'inner peace'. Semua orang pengennya damai, tho. Lagi sakit, lagi ga punya uang, lagi dijahatin orang, ya tetep aja pengennya damai. Ga ada orang yang hidupnya pengen rusuh terus. Fakta mengenai kejadian buruk menimpa seseorang itu harus berani kita dengar. Tapi komentar tambahan yang berlebihan berhak untuk kita tolak agar tak didengar.

Sekarang, mengimbangi usia saya yang sudah menginjak seperempat abad, yang katanya harus sudah bisa dewasa, ya saya mencoba untuk menerima apapun omongan atau perilaku manusia lain. Tapi tetep sih, saya dalam hati suka melakukan 'inner peace'.
"Inner peace tuh ngapain sih, Sist?"
Ya gitu, mencoba untuk berdamai dengan diri sendiri. Diri sendiri aja kadang punya energi negatif apalagi mesti ditambah dari lingkungan luar. Orang kalo lagi ngomongin kejelekan orang, memang telinga saya mendengar, tapi dalam hati saya tidak ikut berkomentar. Mulut hanya berbicara: "Oh.." "Hmm" "Laaah" "Yeehaaw!" dan lain sebagainya. Semoga orang yang sedang ditimpa musibah dapat melaluinya dengan baik dan semoga kita serta orang-orang tersayang tidak harus mengalami peristiwa serupa. Itu salah satu cara saya berdamai dengan diri sendiri. Sisanya, ya pemikiran-pemikiran bodoh dan konyol saja sehingga saya tidak harus ikut 'panas' dengan suasana dari luar.

Peran kita semua memang sebagai manusia. Menjalani kehidupan dengan cara dan rencana masing-masing. Jika ada kehidupan manusia lain yang tidak sesuai, boleh berkomentar namun tidak untuk menyakiti. Kita tidak pernah tau kisah hidup seseorang dan masalah serta keburukan yang pernah terjadi pada dirinya. Kan katanya gini, "Don't judge someone's life before you walk in her/his shoes". Jadi kamu boleh nge-judge hidupnya Nicki Minaj kalo udah nyobain pake sepatunya. Nah, bukan. Intinya kita tidak akan pernah punya kehidupan yang sama dengan orang lain. Biarlah kita sibuk merangkai kisah untuk hidup kita, kalo bisa sih yang baik-baik, yang buruk-buruknya dikit aja lah. Hahaha.

Yaudah, segini dulu deh tulisan tentang menghadapi manusia. Saya bukan manusia baik, tapi manusia yang selalu mencoba baik bahkan pernah dikatain 'sok baik' (biarin aja, ada pasal 28. hahaha). Ternyata, baru berusaha menjadi orang baik aja tantangannya Subhanallah banyak banget. Gimana jadi orang baik ya. Hmm.. Tapi jangan menyerah. Jika kita lahir bukannya menangis tapi malah menggigit layaknya monster, baru deh boleh jadi orang jahat. (Ga bijak ya kalimatnya. Tsk).
Ulangi lagi deh.
Jika kita lahir dalam keadaan tiada daya upaya dan membutuhkan manusia lain untuk tetap hidup, berbuat baiklah.
Tak ada alasan untuk menjahati sesama makhluk bernyawa.


Salam,
Qatrinnadya yang seharian ini mau nyetrika. Duh banyak banget lagi setrikaannya. Duh, kok ngeluh mulu ya. Ya biar ga lupa aja kalo saya manusia, kan manusia itu katanya selalu mengeluh :p


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan santun ber-komentar!