QPE

QPE

Jumat, 26 Juni 2015

CERAMPEN #2: Dialog Lelaki Urban Tentang Perempuan

Minggu ke-1

"Tipe lo tuh.."
"Haha. Ga. Lo kali.."
"Iya gw suka yang keliatannya dewasa dan ngemong."
"Nyari pasangan apa babysitter?"
"Hahaha. Lo gimana?"
"Gw mah sedapetnya yang cocok aja."
"Pasrah banget.."
"Bukan. Prinsip gw, kita jangan kufur nikmat."
"Berat, bro.."
"Haha. Lo harus tau kapan perlu berhenti."
"Iya deh.."


Minggu ke-2

"Bedaknya ketebelan, Sist..."
"Hahaha. Komen mulu lo!"
"Kontras tuh muka sama leher."
"Noob, bro. Haha.."
"Ga usah trying so hard to look fabulous, kali. Kita ga nge-judge dari make-up doang.."
"What are you trying to say is..."
"Ya kan cewe cantik ada aspek behaviour and brain juga. Body juga deng. Haha.."
"Eh lo ga tau ya?"
"Apaan?"
"Cewe susah payah make-up dan dress-up buat saling intimidasi antar kaumnya kali."
"Serius?"
"Yoi."
"Gw kira buat attract our attention."
"Cuma 15% lah itu."
"Lo terdengar sotoy tapi somehow argumen lo valid juga. Haha.."


Minggu ke-3

"Langgeng lo sama yang sekarang?"
"Belom bosen aja gw. Haha."
"Parah lo.."
"Fotoin OOTD gw sabi kali, bro.."
"Kayak cewe aja pake OOTD segala."
"Lah sejak kapan OOTD milik kaum hawa doang? Bebas kali, bro.."
"Haha. Bebas lah.. Aliran maskulinist ya, lo?"
"Apaan tuh?"
"Saingannya feminist. Haha.."
"Haha gw ga gitu suka tentang feminisme tapi ngeliat Emma Watson jadi Aktivis Perempuan sih kok gw respect ya, bro?"
"Lo mah nge-fans bukan respect. Haha.."
"Haha. Tapi gw kalo nikah pengen istri yang keibuan aja cukup."
"Gw sih kalo istri gw ntar mau jadi wanita karier juga ga apa-apa, asal tetep manut."
"Bikin yuk Aliansi Suami yang Beristri Manut Ae alias A-SU-BA-E."
"Haha gokil.."


Minggu ke-4

Tak ada percakapan tentang perempuan untuk kali ini. Percakapan di atas adalah obrolan ringan antara dua orang pria yang tinggal di kota besar dengan usia sekitar 25-28 tahun.
Untuk kaum adam yang dianggap sederhana, praktis, terkadang mereka pun punya pemikiran jelimet sendiri tentang lawan jenisnya.
Tak melulu masalah fisik atau beragam citra yang dipopulerkan media akan rupa seorang perempuan, tapi pendapat mengenai keseharian dan tingkah lakunya pun tak luput untuk mereka bahas.
Terkadang pandangan mereka akan perempuan tidak cukup detail tapi sudah cukup mengandung poin dari keseluruhan topik.
Rata-rata mereka mengobrol dengan pakem serius tapi santai, sok serius lebih tepatnya. Menghakimi dengan diiringi derai tawa.

Selalu ada pendapat tentang apapun. Lebih baik memprioritaskan tentang melihat isi pendapatnya daripada oleh mulut siapa pendapat tersebut diutarakan.



Terima kasih sudah membaca. Kamu baik sekali! :)
Salam, QPE.

Kamis, 18 Juni 2015

CERAMPEN #1: Duka Seorang Teman

Aku kebingungan. "Dompetku hilang.."
Aku sebal. "Dia tidak peka sama sekali. Kenapa, sih?"

"Selalu saja hujan!"
Aku bosan. "Bisnya tak kunjung tiba.."
Aku menggerutu banyak hal.


***

Aku mendengarkan.

***

"Kamu pikir manusia tak pernah sedih?"
"Bukankah manusia selalu bermasalah?"

"Hidup macam apa yang tengah kamu jalani?"
"Tak mengerti cara berteman?"

***

"Kamu kira hanya karena aku tak pandai mengumbar duka sepertimu, pertemanan ini tak harus ada?"

***


         Ini adalah kisah dua orang yang saling menganggap teman. Orang ke-1 merasa orang ke-2 tidak tahu cara berteman karena perkara berbagi duka. Mungkin ini hanya wujud dari rasa malunya yang terus mengeluh banyak hal tatkala temannya hanya mendengarkan. Ia ingin simbiosis mutualisme.
          Orang ke-2 sepertinya bukan tipe manusia yang terbuka akan segala hal sehingga dia tak pernah berbagi duka padahal tetap ingin berteman.
          Jika ingin menjadi orang ke-3, ke-4, dan seterusnya, silakan memihak pada salah satunya atau tidak sama sekali.



Terima kasih sudah membaca! Kamu baik sekali...
Salam, QPE.